Reshan Janotama
4 min readJun 28, 2020

Apa random buying kamu selama masa karantina ini? Kalau saya beli gitar. Dengan beli gitar, paling enggak saya bisa ngurangin stress dan rasa sedih yang timbul tidak teratur selama masa pandemi COVID-19 ini. Di satu sisi, dengan gitar saya bisa jadi musisi palsu dengan bikin konten cover lagu di Instagram dengan modal guidance dari YouTube atau ultimate-guitar.com

Hingga di satu titik tercetus ide yang saya enggak pernah terpikir sebelumnya, bikin album musik. Saya udah ngebayangin konsep dan warna musiknya akan seperti apa; minimalis, gelap dan diliputi aura kemuraman yang bener-bener saya rasain selama pandemi ini.

Syukurlah ide itu enggak pernah terlaksana, karena saya tahu skill menyanyi dan main gitar saya yang serba terbatas. Tapi, untungnya ada orang lain yang ternyata bikin (mini) album seperti konsep yang saya bayangkan tadi, dengan materi dan eksekusi yang bisa mewakilkan rasa-rasa tersebut dan dieksekusi jauh lebih mantep tentunya. Dengan segala kemampuan dan pengalamannya, tentunya ia lebih pantas untuk bikin album dengan konsep tersebut.

Ada yang bilang di tengah pandemi ini kita memang layak untuk merasakan kesedihan atau rasa duka, dan mini album yang terinspirasi dari kisah personal dan manga ini sangat cocok untuk mengiringinya.

EP ini adalah Lemah, Letih, Lesu dan Segala Diantaranya dari Deni Taufiq Adi. Deni Taufiq Adi sendiri bukanlah nama baru di skena musik independen, musisi asal Bogor ini pernah pernah tergabung dalam Sex Sux, Reid Voltus, pernah juga terlibat membantu salah satu projeknya Harlan Boer dan pernah berkarya dengan moniker Water Sport.

Terkait dengan SexSux saya sendiri pernah terlibat dalam pembuatan salah satu video clip-nya, namun seingat saya, saya belum pernah ketemu atau ngobrol langsung dengan beliau selama ini, selain mungkin pernah beberapa kali kami saling mention di Twitter membahas K3poin Oshi(Deni adalah Yona-Oshi)

Karena penasaran, saya coba menghubungi beliau via Instagram, berikut ini adalah wawancara saya bersama Deni Taufiq Adi seputar Lemah, Letih, Lesu dan Segala Diantaranya.

Sebelumnya, Apa kabar Deni di tahun 2020 ini?

Deni Taufiq Adi: Sama seperti tahun kemarin, dan tahun-tahun sebelumnya.

EP Lemah, Letih, Lesu dan Segala Diantaranya terasa banget aura kemuramannya, bertepatan juga dirilis ketika dunia lagi dilanda wabah COVID-19, apa album ini emang dibuat selama masa pandemi ini atau emang udah diproses sebelum itu?

Hampir semua dibuat tahun lalu, malah “Ria” masuk ke album sebelumnya. satu-satunya lagu yang ditulis tahun ini cuma segala diantaranya. Kebetulan aja kayanya mood dunia akhirnya mengikuti mood gw, peak hipster.

Kalo cerita EP Lemah, Letih, Lesu dan Segala Diantaranya bisa dirilis Tarsius Records gimana tuh?

Gw dikontak Peter (Peter Adrian, Anoa Records) waktu itu via whatsapp, dia nawarin buat rilisin materi water sport lewat sub-label-nya Anoa, Tarsius. Kebeneran gw juga lagi ngumpulin materi baru, gw kasih tau peter nama Water Sport gw pensiunin dan pake nama sendiri. Jadilah EP ini.

Obrolan kami sempat diselingi oleh cerita Deni yang sempat diwaro Yona di salah satu postingan Instagram, sayangnya postingan Yona tersebut dihapus dan membuat Deni sedih, hiks.
(Yona adalah ex-member JKT48)

Selain Bob Dylan, Bill Calahan dan Daniel Johnston, untuk hal-hal di luar musik, apa aja yang jadi inspirasi lo dalam pembuatan EP ini?

“Sachi” itu terinspirasi dari manga “Sachi no iro room”, satu-satunya lagu non-personal di EP ini.

Harlan Boer juga pengaruhin lebih ke etos nulis lagunya. Waktu itu gw kerjain ep ini gw lagi bantuin Bin rekaman split ep dia, belajar lumayan banyak juga untuk lebih nulis lirik lebih jujur. Sebelumnya gw sering second guessing (sampe sekarang juga kadang masih) sama yang gw tulis, pertanyaan-pertanyaan kaya ‘ini keren ga sih?’ ‘ini bakal ada yang ngerti ga sih?’

Kalo gitu selain Harlan Boer, musisi/band lokal yang lagi lo suka belakangan ini siapa aja?

Texpack sama Arc Yellow ( ‘ 3’)b

Kenapa suka sama mereka?

Nah kenapa ya? ga tau gw juga. Musiknya catchy sih, terus gitar jengjengjengjeng. Ga jelas jawaban gw… gomenasori

Ngomong-ngomong soal mood EP Lemah, Letih, Lesu, dan Segala Diantaranya lagi, kalo gw nangkepnya kan nuansa kemuraman dan kesedihan cukup mendominasi, menurut lo sendiri sejauh apa manusia boleh merasa sedih?

Menurut gw sih batasannya asal jangan sampai nyusahin orang lain, berlaku juga untuk semua perasaan lain. Terserah mau sedih bertahun-tahun, asal orang lain nggak jadi ikutan susah ya sudah.

Apa harapan lo buat EP Lemah, Letih, Lesu dan Segala Diantaranya?

Moga-moga ada yang denger terus mikir ‘jelek banget, gw bisa lebih bagus’ terus bikin masterpiece dan terkenal dunia akhirat.

Nb. Makasih yang udah denger EP-nya

EP Lemah, Letih, Lesu dan Segala Diantaranya dirilis oleh Tarsius Records dan bisa didengarkan via Spotify atau Bandcamp. Track favorit saya: Jamur, Peron

Reshan Janotama
Reshan Janotama

Responses (1)